Selasa, 26 Januari 2016

[FICLET] 03.30


caution: ini sebenarnya karya lama saya, hihi tapi dulu berbentuk sebuah FanFiction (FF)
kemudian saya rombak kembali menjadi sebuah Ficlet.

happy reading guys!

**********************************************************
Aku menatap keluar jendela, hari ini hujan turun cukup lebat. Perlahan aku berjalan menuju laci barangku dan mengambil sebuah foto disana. Menatap foto itu dan memeluknya.

"Kenapa? Kenapa kau harus meninggalkan aku? Kenapa kita tidak mati bersama saja?"

Ini tepat pukul 03.30. Baiklah, aku akan menceritakan sebuah cerita, cerita tentang perginya seseorang yang sangat kucintai.

#FLASHBACK 2 MONTH AGO

Seorang sahabatku menemui aku yang sedang bersiap untuk menemui kekasihku. Dia memandangku aneh, wajahnya seperti kebingungan menatapku berpakaian santai layaknya pria yang akan berkencan.

Yah.. Aku memang ada janji untuk berkencan dengan kekasihku.

"Hei.. Ada sesuatu yang mau ku beri tahu padamu."

"Bisakah nanti saja? Aku sudah terlambat menjemput kekasihku. Aku akan menelpon mu kembali sepulang kencan. Ok?"

"Tapi... hei! Ini penting! Tunggu kau harus dengar ini!"

aku berlalu meninggalkan sahabatku yang belum selesai berbicara itu. Fikiran ku terfokus pada jam dan kekasihku yang pasti telah lama menunggu.

*************************************
Aku bertemu dengan kekasihku. Aku lantas meminta maaf kepadanya karena keterlambatanku. Dan dia hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya tanda bahwa tidak apa-apa

Hutan pinus. Yah! Ini adalah tempat kami bertemu dulu, hingga sekarang. Entah kenapa aku dengan dia tidak merasa risih dengan hutan ini. Bahkan aku menghiasnya seolah-olah ini adalah taman untuk kita berdua.

Dia menatapku sambil menangis. Ku hapuskan air matanya dan mulai memeluknya. Entah kenapa aku merasa hari ini dia agak aneh, wajahnya tampak pucat dan badannya agak dingin. Tapi aku menghiraukannya, mungkin karena cuaca saat ini sedang dingin.

"Kenapa kau menangis? Hmm?"

"Maafkan aku, aku seharusnya tidak menangis. Ini akan membuatmu semakin terpukul."

"apa yang kau bicarakan? Berhentilah berbicara yang aneh-aneh!"

20 menit berlalu, kekasihku meminta untuk pulang. Aku menyetujuinya.

"Biar aku antar"

"Tidak usah! Aku naik kendaraan umum saja. Kau pulanglah hati-hati, jaga dirimu baik-baik. aku mencintaimu"

Aku tersenyum dan mulai meninggalkan hutan pinus itu. 15 menit kemudian, aku sudah sanpau di depan rumahku. Seketika aku langsung ingat akan janjiku yang akan menelepon sahabatku.

"Hei.. Ada apa?"

"Kau bertemu kekasihmu?"

"iya, kenapa?"

“kau yakin itu dia?”
Baiklah aku mulai bingung...
"Ada sesuatu yang harus ku beri tahu padamu.. Kekasihmu, dia.. Dia sudah meninggal pukul 03.30 tadi malam. Gagal transpalasi jantung"

"Kau bohong! aku bertemu dengannya tadi! Kau jangan menipuku!"

"Untuk apa aku menipumu? Kau pergilah kerumahnya sekarang dan buktikan sendiri ucapanku!"

Aku tercengang, tidak percaya. aku langsung bergegas menuju rumah kekasihku. Kekasih yang sangat aku cintai itu.. Benar saja, fotonya sudah terpampang di depan rumahnya. Suasana duka masih menyelimuti keluarga kekasihku walaupun jenazahnya sudah di makamkan.

aku melangkah perlahan menuju ibu dari kekasihku, beliau pun memeluk hangat aku tepat persis di depan foto kekasihku.

"Sebelum operasi, dia menuliskan ini untukmu. Kau bacalah, dan lupakan dia. Ini yang terbaik untuk dirimu dan anakku"

aku meyeka air mataku dan membacanya..

"Kekasihku, aku rasa hampir tidak mungkin operasi ini akan berhasil. Jika esok aku tiada, kumohon jangan tangisi aku.. Itu akan membuatku berat meninggalkanmu. Kau harus menemukan wanita yang jauh lebih baik dariku. Berjanjilah demi aku."

Aku memeluk surat itu, berusaha tegar dan menepati janjiku demi dia. aku percaya kau akan bahagia disana. Biarkan aku terus mengingatmu, hingga seluruh hidupku.

Selamat tinggal... Kekasihku.

The End

Jumat, 22 Januari 2016

[FICLET] WHEN I (CAN'T) SAY I LOVE YOU



welcome to my blog :) 

lagi denger lagu.. buka ms.word dan terketiklah ini. 

ok deh author kebanyakan casciscus, langsung baca aja yaa.. 
happy reading guys!

**************************************************************
Apa yang akan kau lakukan ketika orang yang sangat kau cintai malah menganggapmu hanya sekedar adik baginya?
Apa yang bisa kau lakukan?

Kalau aku.. Aku hanya bisa diam. Membiarkan semuanya seperti ini, yah! Lebih baik seperti ini bukan? Tidak ada yang tersakiti.

Dia kakak kelasku, aku mengenalnya sangat sangat sangat lama. Seperti yang kalian duga pula, aku menyukainya untuk waktu yang sangat sangat sangat lama.
Namun, hubungan yang sangat lama ini hanya sekedar hubungan baik saja. Antara kakak dan adik.

Sedih? Itu sudah pasti. Menangis? Itu juga suka aku lakukan. Namun.. Aku memilih untuk diam, membiarkan semuanya seperti ini. Lagipula aku masih bisa melihatnya tersenyum.

Perasaan ini aku simpan.. Sampai akhirnya dia memberitahuku bahwa dia akan menikah.
Terkejut? Jelas saja! Yang aku tau, tidak pernah ada cerita bahwa dia dekat dengan seorang wanita selain aku.

"Kakak... akan menikah."

"Lalu?"

"Tolong izinkan kakak dengan dia menempuh hidup baru ini..."

"Kenapa harus meminta izin padaku?"

"Karena kau... Adikku"

Aku memaksakan diri untuk tersenyum di hadapannya, berusaha profesional saja bahwa ini memang hubungan antara adik dan kakak. Walaupun, perasaanku hancur berkeping-keping.

Tibalah hari dimana dia akan menikah..
Aku berdiam diri di depan cermin, mencoba berkali-kali menyeka air mataku yang tidak terasa jatuh dipipiku. Haruskah aku datang? Bagaimana jika air mata ini terlihat olehnya?

aku terus memandang undangan pernikahan yang aku letakkan di atas meja riasku. aku mencoba menghela nafas, berusaha menguatkan diriku. Ku ambil tas ku dan mulai beranjak dari rumahku.

Aku membuka handphone ku.. Dan mulai mengetik pesan.

"Happy Wedding my lovely brother... Semoga kau bahagia bersama istrimu. Maafkan aku, aku tidak bisa datang karena aku sedang sakit. Namun aku tetap mendoakan yang terbaik ubtuk kalian. Berbahagialah.

Adikmu..."

Lagi-lagi aku menyeka air mataku dan berusaha tersenyum. Itu hal yang terbaik yang bisa aku lakukan.. Karena aku tau, aku tidak akan sekuat itu melihatnya bahagia dengan orang lain selain aku.

"Tiketnya nyonya..."

Kuberikan tiketku pada petugas.. Dan mulai meninggalkan kota ini dengan segala kenangan yang ada.


The End

Kamis, 21 Januari 2016

[FICLET] JUST ONE DAY

terinspirasi kembali.. hoho. well terima kasih untuk sahabat-sahabatku, semua teman dekatku yang telah memberikan inspirasi untuk menulis.

cuss langsung baca aja :)

Happy Reading!

*******************************************************************

Dulu aku sangat mencintai seorang. Dari sejak aku duduk di sekolah menengah atas hingga aku memasuki masa perkuliahan, entah kenapa aku selalu berharap dia menjadi milikku.

Disitulah aku merasa aku harus semangat, mengejar karir dan mengejar pendidikan ku agar bisa segera melamarnya.

Namun, tuhan berkata lain..
Dia.. Telah di jodohkan oleh orang tuanya. Dan akan menikah 3 bulan lagi.

Hancur.. Hampa. Itulah yang aku rasakan saat itu. Bahkan saat itu aku kesal, kesal karena mengapa orang tua bisa seenaknya menjodohkan anaknya. Hei! Itu sesuatu yang tidak adil bukan? Hmm tidak adil untukku yang aku maksudkan.

Sampai suatu ketika...
aku mulai menyukai wanita lain, ku kubur dalam-dalam perasaan ku kepada wanita yang tidak lama lagi akan menikah itu. Tidak salah kan? akupun juga harus menikah.

Senyumnya sangat manis. Entah kenapa aku melihatnya seperti berbeda dari semua wanita. Dan disitulah mulai bangkit kembali semangatku

"aku menyukai seorang wanita.. Apa yang harus aku lakukan?"

"Kau sudah coba mengirim pesan padanya? Sekedar hai atau apalah?"

"Baiklah.. Akan aku coba"

Ku coba saran sahabatku. Aku mulai berani mengirimnya pesan. Dia pun membalas pesanku! Ahh.. aku merasa sangat-sangat bahagia.

aku berharap bisa mercakap-cakap secara langsung, bercanda dengannya, melihat senyum manisnya walaupun hanya sehari. Yah! Sehari itu waktu yang cukup. Karena dia perlu melihat keseriusanku kepadanya.

Yah.. Manusia hanya bisa berharap bukan? Walaupun aku sangat berharap tuhan dapat memberikan waktu sehari saja untuk bersamanya.

The End