Kamis, 25 Februari 2016

[FICLET] Love Really Hurt



Caution: Don't read if you not like my stories.

all of story created by me,

Don't bash! and Happy Reading :)

*****************************************************************

Setiap manusia pasti pernah merasakan yang namanya Cinta, begitu pula dengan kalimat Jatuh Cinta. Dimana kata dan kalimat itu pasti ada di dalam hati manusia.
Begitupun denganku.
Namun, kata dan kalimat tersebut sekarang entah bagaimana aku harus menjabarkannya. Yang aku rasakan hanyalah rasa Sakit dan Kekecewaan yang tidak berujung.

Jauh sebelum kata Cinta menyesakkan hatiku, aku pun jatuh cinta.. Teramat dalam, aku percaya cinta itu akan membawa kebahagiaan.
Namun dugaanku meleset!
Kekasih yang sangat aku cintai memiliki hubungan lain, hubungan dengan wanita lain.

Entah bagaimana aku harus menjelaskannya, namun ini begitu menyakitkan! Terkadang sampai saat ini aku masih memikirkan kejadian pahit yang seharusnya aku buang jauh-jauh dari hidupku yang berharga ini.
Kenapa kekasihku?
Dan kenapa aku yang harus merasakannya?

Masih terekam jelas di ingatanku, kekasihku. Ahh tidak! Lebih tepatnya mantan kekasihku itu tertawa bahagia bersama dengan orang lain selain aku, memeluk mesra wanita itu.
Dan kuputuskan untuk mengakhiri semua, Cafe itu, tempat aku bertemu dengannya dan berpisah dengannya juga.

"Sampai disini saja.. Sudah cukup!" Itu yang aku katakan padanya tanpa sedikit pun memandang mata dan wajahnya.

"Kenapa tiba-tiba seperti ini? Hei! Apa salahku?" Jawabnya begitu polos dan tidak menyadari apa yang dia lakukan di belakangku.

"hah! Bahkan sudah tau pun masih terlihat pura-pura lugu dihadapanku. Aku yakin kau tidak membutuhkan aku lagi, dan begitupun aku.”

“Aku sudah tahu segalanya. Segala kebohonganmu! Begitu pula wanita itu! Hentikan aktingmu! aku muak melihatnya!"suaraku terdengar surau saat itu, menahan tangis atau menahan sakit. Entahlah aku sulit membedakan keduanya. 

"Ma..m..maaf..maafkan aku."

aku pergi tanpa meninggalkan sepatah katapun, entah apa yang dia lakukan. Aku tidak perduli!

Bukankah keputusanku tepat? Pria itu. Entah bahkan aku melupakan namanya sekarang, aku yakin dia akan mendapatkan balasan yang sama atas rasa sakitku ini.

aku jelas sangat membencinya. Karena pria itu, pria bodoh itu! aku takut merasakan cinta, takut pula merasakan jatuh cinta. Dengan tanpa ada penyesalan sama sekali dia meninggalkan luka sebesar ini. Tuhan! Apakah salah aku merasakan kebahagiaan?

Entah sampai kapan, rasa sakit yang menyesakkan ini akan hilang dari diriku. Bukankah hidup harus berjalan? Yah! Hidupku berjalan..
Tapi, tidak dengan hatiku saat ini.

The End

Selasa, 09 Februari 2016

[FICLET] The Day We Felt The Distance


Holla back to my absurd Ficlet :D

cuss baca aja ya.. komen juga boleh. :) karena manusia kan butuh saran dan kritikan membangun.

so, Happy Reading :)

**************************************************************


Sudah hampir 5 tahun aku menunggu, hal yang menyebalkan bukan? Hah kau pasti tahu itu. lantas apa aku akan menyerah semudah itu dan kemudian pergi? Jika kalian berkata iya, maka kalian salah besar.

Bagaimana bisa seorang kekasih membuat kekasihnya terombang-ambing seperti ini, tanpa kabar dan tanpa pesan. aku ini apa sebenarnya? Kenapa begini? Cih! Bahkan sekarang aku kesal jika mengingatnya kembali.

"Kiriman paket!!" Teriak seseorang dr luar rumahku.

Paket? Mungkinkah?!
Dengan sigap ku buka pintu rumahku dan mendapati kurir tersenyum ramah.

"Kiriman paket dari Toronto nyonya".

"Toronto? Maksudmu Canada?"

"Betul nyonya. Mohon tandatangan disini."

Segera ku tandatangani surat terimanya dan kemudian kurir itu pun pergi. Canada? Jauh sekali!

Ku taruh paket tersebut diatas meja makan. Menatapnya dalam-dalam, mungkinkah dia ada di canada?
Karena jujur saja, selama 5 tahun yang aku tahu dia hanya pergi keluar negri, aku bahkan tidak tahu di negara mana dia tinggal sekarang. Oh tuhan! Kekasih yang amat sangat payah.

Kalian pasti bertanya-tanya, apa aku tidak penasaran dengan isinya? Tentu saja! Aku penasaran setengah mati. Namun, pikirkanlah kembali ketika kau menerima paket dari negara jauh dan yang tertera di paket tersebut hanya sebuah tulisan huruf "N" kau pasti akan bersikap seperti diriku.

Kubuka ikatan tali yang membungkusnya dan membuka kotak yang berukuran seperti kardus mie instan itu. Tunggu? apa dibuat dari karus mie instan ya? ahh tak penting!
Isinya? Hanya ada dua buah pucuk surat. Lalu sebuah jaket tebal dan sepatu kets berwarna ungu.

"Hai.. Kau terkejut ya? Pakailah jaket dan sepatu ketsnya. Dan temui aku di Taman Bunga pada pukul 3 sore. aku tau pasti disana udaranya sangat dingin bukan?"

Apa-apaan ini? Siapa dia? Berani-beraninya menyuruhku datang ke taman bunga pukul 3 sore. Jujur saja, aku sedikit merasa takut, sekarang tindakan kriminal kan bermacam-macam. Dan lagipula akupun tidak tau siapa yang mengirimkan paket ini.

"Jangan takut! aku itu warga negara yang baik. Tidak akan menyakitimu. Awas jika kau tidak datang! Kau akan menyesal! Seumur hidupmu! Datanglah tepat waktu!"

Itu isi surat keduanya. Sebenarnya siapa orang ini? Begitu banyak pertanyaan di kepalaku membuatku pusing. aku melirik jam, jam 2 rupanya. aku terdiam memikirkan akan datang atau tidak. Hah! andai saja yang mengirimkannya kekasihku. Pasti akan langsung aku temui dia.

Pukul 3 sore, dan aku sudah ditempat dimana aku dan pengirim paket rahasia itu akan bertemu. Tidak lupa menggunakan jaket yang dia kirimkan. Aku duduk di kursi panjang sambil menatap foto walpaper yang ada di handphoneku.

"Andai kau disini" gumamku pelan.

"Nyonya, sudah selesai menatap fotoku?" aku menoleh terkejut.

"K..k.. Kau?!!"

"apa?! Terkejut ya?" Ucapnya seraya tersenyum .

"Kau? Bagaimana bisa kau muncul dengan santai dihadapanku setelah sekian lama! Kau bodoh! Jahat! Tidak punya perasaan!" aku menangis. aku menangis karena kesal. Orang yang sangat aku rindukan dan aku sayangi ada di depanku sekarang.

"Maafkan aku.. Maafkan aku" dia menghapus air mataku dan memelukku. pelukan hangat ini benar-benar menghangatkan aku. aku merindukannya.
kemudian dia melepaskan pelukannya dan menatapku.

"aku ingin sekali mengabarimu.. Sudah sering aku mengirimkan email. Tapi sepertinya emailmu tidak aktif lagi.. Kemudian aku ada proyek mega di toronto dan baru selesai minggu ini. Maka dari itu aku langsung bergegas menuju kemari dan menemuimu."

"Lalu paket itu? Kau yang mengirimnya? Kenapa tidak tuliskan nama saja?!".

"Hei! Kau lupa inisial nama belakangku?! Keterlaluan! Kekasih macam apa yang melupakan nama kekasihnya?!"

Inisial belakang? Astaga! aku baru ingat.

"Mma... Maafkan aku."

Sungguh aku sangat malu dan memaki diriku sendiri. Bodoh sekali aku, bagaimana bisa lupa. Kemudian kekasihku meraih tanganku dan menyelipkan sebuah cincin berwarna silver disana. Aku mengangkat kepalaku dan menatapnya dengan tatapan bingung.

"Menikahlah denganku.. Aku berjanji tidak akan lagi ada jarak selama 5 tahun dan jarak yang begitu jauh darimu. ".

Ya tuhan! Inikah jawaban atas semua doaku? Terima kasih tuhan, aku bahagia. Sangaaaat bahagia!

The End

Selasa, 26 Januari 2016

[FICLET] 03.30


caution: ini sebenarnya karya lama saya, hihi tapi dulu berbentuk sebuah FanFiction (FF)
kemudian saya rombak kembali menjadi sebuah Ficlet.

happy reading guys!

**********************************************************
Aku menatap keluar jendela, hari ini hujan turun cukup lebat. Perlahan aku berjalan menuju laci barangku dan mengambil sebuah foto disana. Menatap foto itu dan memeluknya.

"Kenapa? Kenapa kau harus meninggalkan aku? Kenapa kita tidak mati bersama saja?"

Ini tepat pukul 03.30. Baiklah, aku akan menceritakan sebuah cerita, cerita tentang perginya seseorang yang sangat kucintai.

#FLASHBACK 2 MONTH AGO

Seorang sahabatku menemui aku yang sedang bersiap untuk menemui kekasihku. Dia memandangku aneh, wajahnya seperti kebingungan menatapku berpakaian santai layaknya pria yang akan berkencan.

Yah.. Aku memang ada janji untuk berkencan dengan kekasihku.

"Hei.. Ada sesuatu yang mau ku beri tahu padamu."

"Bisakah nanti saja? Aku sudah terlambat menjemput kekasihku. Aku akan menelpon mu kembali sepulang kencan. Ok?"

"Tapi... hei! Ini penting! Tunggu kau harus dengar ini!"

aku berlalu meninggalkan sahabatku yang belum selesai berbicara itu. Fikiran ku terfokus pada jam dan kekasihku yang pasti telah lama menunggu.

*************************************
Aku bertemu dengan kekasihku. Aku lantas meminta maaf kepadanya karena keterlambatanku. Dan dia hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya tanda bahwa tidak apa-apa

Hutan pinus. Yah! Ini adalah tempat kami bertemu dulu, hingga sekarang. Entah kenapa aku dengan dia tidak merasa risih dengan hutan ini. Bahkan aku menghiasnya seolah-olah ini adalah taman untuk kita berdua.

Dia menatapku sambil menangis. Ku hapuskan air matanya dan mulai memeluknya. Entah kenapa aku merasa hari ini dia agak aneh, wajahnya tampak pucat dan badannya agak dingin. Tapi aku menghiraukannya, mungkin karena cuaca saat ini sedang dingin.

"Kenapa kau menangis? Hmm?"

"Maafkan aku, aku seharusnya tidak menangis. Ini akan membuatmu semakin terpukul."

"apa yang kau bicarakan? Berhentilah berbicara yang aneh-aneh!"

20 menit berlalu, kekasihku meminta untuk pulang. Aku menyetujuinya.

"Biar aku antar"

"Tidak usah! Aku naik kendaraan umum saja. Kau pulanglah hati-hati, jaga dirimu baik-baik. aku mencintaimu"

Aku tersenyum dan mulai meninggalkan hutan pinus itu. 15 menit kemudian, aku sudah sanpau di depan rumahku. Seketika aku langsung ingat akan janjiku yang akan menelepon sahabatku.

"Hei.. Ada apa?"

"Kau bertemu kekasihmu?"

"iya, kenapa?"

“kau yakin itu dia?”
Baiklah aku mulai bingung...
"Ada sesuatu yang harus ku beri tahu padamu.. Kekasihmu, dia.. Dia sudah meninggal pukul 03.30 tadi malam. Gagal transpalasi jantung"

"Kau bohong! aku bertemu dengannya tadi! Kau jangan menipuku!"

"Untuk apa aku menipumu? Kau pergilah kerumahnya sekarang dan buktikan sendiri ucapanku!"

Aku tercengang, tidak percaya. aku langsung bergegas menuju rumah kekasihku. Kekasih yang sangat aku cintai itu.. Benar saja, fotonya sudah terpampang di depan rumahnya. Suasana duka masih menyelimuti keluarga kekasihku walaupun jenazahnya sudah di makamkan.

aku melangkah perlahan menuju ibu dari kekasihku, beliau pun memeluk hangat aku tepat persis di depan foto kekasihku.

"Sebelum operasi, dia menuliskan ini untukmu. Kau bacalah, dan lupakan dia. Ini yang terbaik untuk dirimu dan anakku"

aku meyeka air mataku dan membacanya..

"Kekasihku, aku rasa hampir tidak mungkin operasi ini akan berhasil. Jika esok aku tiada, kumohon jangan tangisi aku.. Itu akan membuatku berat meninggalkanmu. Kau harus menemukan wanita yang jauh lebih baik dariku. Berjanjilah demi aku."

Aku memeluk surat itu, berusaha tegar dan menepati janjiku demi dia. aku percaya kau akan bahagia disana. Biarkan aku terus mengingatmu, hingga seluruh hidupku.

Selamat tinggal... Kekasihku.

The End

Jumat, 22 Januari 2016

[FICLET] WHEN I (CAN'T) SAY I LOVE YOU



welcome to my blog :) 

lagi denger lagu.. buka ms.word dan terketiklah ini. 

ok deh author kebanyakan casciscus, langsung baca aja yaa.. 
happy reading guys!

**************************************************************
Apa yang akan kau lakukan ketika orang yang sangat kau cintai malah menganggapmu hanya sekedar adik baginya?
Apa yang bisa kau lakukan?

Kalau aku.. Aku hanya bisa diam. Membiarkan semuanya seperti ini, yah! Lebih baik seperti ini bukan? Tidak ada yang tersakiti.

Dia kakak kelasku, aku mengenalnya sangat sangat sangat lama. Seperti yang kalian duga pula, aku menyukainya untuk waktu yang sangat sangat sangat lama.
Namun, hubungan yang sangat lama ini hanya sekedar hubungan baik saja. Antara kakak dan adik.

Sedih? Itu sudah pasti. Menangis? Itu juga suka aku lakukan. Namun.. Aku memilih untuk diam, membiarkan semuanya seperti ini. Lagipula aku masih bisa melihatnya tersenyum.

Perasaan ini aku simpan.. Sampai akhirnya dia memberitahuku bahwa dia akan menikah.
Terkejut? Jelas saja! Yang aku tau, tidak pernah ada cerita bahwa dia dekat dengan seorang wanita selain aku.

"Kakak... akan menikah."

"Lalu?"

"Tolong izinkan kakak dengan dia menempuh hidup baru ini..."

"Kenapa harus meminta izin padaku?"

"Karena kau... Adikku"

Aku memaksakan diri untuk tersenyum di hadapannya, berusaha profesional saja bahwa ini memang hubungan antara adik dan kakak. Walaupun, perasaanku hancur berkeping-keping.

Tibalah hari dimana dia akan menikah..
Aku berdiam diri di depan cermin, mencoba berkali-kali menyeka air mataku yang tidak terasa jatuh dipipiku. Haruskah aku datang? Bagaimana jika air mata ini terlihat olehnya?

aku terus memandang undangan pernikahan yang aku letakkan di atas meja riasku. aku mencoba menghela nafas, berusaha menguatkan diriku. Ku ambil tas ku dan mulai beranjak dari rumahku.

Aku membuka handphone ku.. Dan mulai mengetik pesan.

"Happy Wedding my lovely brother... Semoga kau bahagia bersama istrimu. Maafkan aku, aku tidak bisa datang karena aku sedang sakit. Namun aku tetap mendoakan yang terbaik ubtuk kalian. Berbahagialah.

Adikmu..."

Lagi-lagi aku menyeka air mataku dan berusaha tersenyum. Itu hal yang terbaik yang bisa aku lakukan.. Karena aku tau, aku tidak akan sekuat itu melihatnya bahagia dengan orang lain selain aku.

"Tiketnya nyonya..."

Kuberikan tiketku pada petugas.. Dan mulai meninggalkan kota ini dengan segala kenangan yang ada.


The End